Rembug Tani dan Kursus Tani Jadi Andalan Gunungkidul untuk Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Melalui program DAK Nonfisik Tahun Anggaran 2025, Dinas Pertanian Gunungkidul dorong petani kuasai teknologi dan manajemen kelompok tani, dengan target 180 kelompok penerima manfaat.

MCI – Gunungkidul, DIY | Dinas Pertanian Kabupaten Gunungkidul menggelar kegiatan Rembug Tani sebagai bagian dari rangkaian program DAK Nonfisik Tahun Anggaran 2025. Acara berlangsung pada Kamis (24/4/2025) di Hotel Santika, Gunungkidul, dan diikuti oleh ratusan petani, penyuluh pertanian, serta stakeholder dari seluruh kapanewon.

Kepala Dinas Pertanian Gunungkidul, Rismiyadi, SP., M.Si., menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari tiga agenda besar: Sekolah Lapang Tematik, Rembug Tani, dan Kursus Tani. Ketiganya bertujuan meningkatkan kapasitas petani dari sisi teknis budidaya, manajerial, hingga pascapanen.

“Melalui kegiatan ini, petani diberikan pembekalan mulai dari perencanaan budidaya, pengolahan lahan, pemupukan, pengendalian hama, panen hingga strategi pemasaran hasil panen. Semuanya harus sudah dirancang sejak awal,” jelas Rismiyadi.

Khusus untuk Kursus Tani, kegiatan ini rencananya akan dilaunching langsung oleh Bupati Gunungkidul pada 30 April 2025 di kompleks Sewokoprojo. Salah satu fokus dari kursus ini adalah mendorong gerakan intensifikasi pekarangan—di mana setiap warga diharapkan memanfaatkan lahan pekarangannya untuk menanam komoditas pangan seperti sayur dan buah.

Dalam program ini, tiap kapanewon menunjuk 10 kelompok tani, sehingga total ada 180 kelompok tani dari seluruh Gunungkidul yang menjadi sasaran. Masing-masing kelompok akan menerima pembinaan dan bantuan berupa bibit, obat-obatan, serta sarana pertanian.

Baca juga :  https://mediacitraindonesia.com/pt-mandiri-utama-finance-kkb-bank-mandiri-gunungkidul-gandeng-bakmi-jawa-sosialisasikan-kredit-mobil-listrik-konvensional-dan-premium/

“Kelompok tani akan dibekali dengan demplot, sebagai media praktik nyata. Di dalamnya, ada kegiatan rutin mingguan berupa pengamatan dan diskusi teknis. Hasil panennya nanti akan menjadi milik kelompok,” tambah Rismiyadi.

Komoditas utama yang ditanam dalam demplot mencakup padi, jagung, bawang merah, dan cabai, disesuaikan dengan potensi masing-masing wilayah. Petani juga diajari menyusun rencana tanam hingga strategi pemasaran sejak dini, termasuk prediksi harga pasar.

Sementara itu, Ketua Tim Kerja Ketenagaan Bidang Penyuluhan, Catur Prihati, menambahkan bahwa program ini mengacu pada Permen Nomor 3 Tahun 2025. Salah satu syarat penting peserta adalah terdaftar dalam Simluhtan, serta adanya keterlibatan petani milenial minimal 10% dan perempuan 20% dalam setiap kelompok.

“Setiap kelompok demplot terdiri dari tiga orang. Jadi dari tiap kapanewon ada 30 petani pelaksana utama, belum termasuk peserta lain dan penyuluh. Harapannya, dari kegiatan ini bisa dihasilkan rakitan teknologi spesifik lokasi yang nantinya diterapkan secara luas,” jelas Catur.

Dengan pendekatan ini, Dinas Pertanian Gunungkidul berharap para petani tidak hanya mahir dalam bertani, tetapi juga mampu mengelola kelompok secara profesional dan berorientasi pasar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *