Ratusan Warga Gunungkidul Gelar Nyadran 1.000 Ingkung di Makam Raden Mas Tumenggung Djoyo Dikromo

Tradisi tahunan di Kalurahan Sidorejo ini menjadi bentuk syukur dan doa bagi para leluhur serta kelestarian budaya lokal.

mediacitraindonedia.com – Gunungkidul, DIY | Ratusan warga berkumpul di Makam Raden Mas Tumenggung Djoyo Dikromo Secuco Ludiro di Padukuhan Blarangan, Kalurahan Sidorejo, Kapanewon Ponjong, Gunungkidul, Jumat (14/2/2025). Mereka mengikuti tradisi nyadran dengan sedekah 1.000 ingkung ayam.

Lurah Sidorejo, Sidiq Nur Safii, menjelaskan bahwa nyadran adalah bentuk syukur kepada Tuhan. Tradisi ini rutin digelar setiap tanggal 15 bulan Ruwah dalam kalender Jawa.

“Setiap tahun kami menggelar nyadran untuk melestarikan tradisi,” kata Sidiq.

Dalam ritual ini, warga membawa ingkung ayam dalam keranjang tertutup kain. Setelah didoakan, ingkung dibagikan kepada masyarakat yang hadir.

Baca Juga : https://mediacitraindonesia.com/kecelakaan-maut-di-jalan-wonosari-karangmojo-satu-pengendara-motor-tewas/

Nyadran ini juga memiliki sejarah panjang. Pada masa Majapahit, dua punggawa kerajaan, Tumenggung Wayang dan Tumenggung Secuco Ludiro, melarikan diri. Setelah Ki Wayang gugur dalam peperangan, Ki Secuco Ludiro bertahan hidup dan mengajarkan teknik bercocok tanam. Ia akhirnya dimakamkan di Blarangan.

Budayawan Kukuh Hertriasning atau Ndoro Aning mengapresiasi warga yang menjaga tradisi ini.

“Nyadran adalah bentuk penghormatan kepada cikal bakal wilayah. Ini juga menjadi doa agar masyarakat mendapat berkah dan hasil pertanian yang melimpah,” ujar Ndoro Aning.

Ia berharap pemerintah daerah turut menjaga kelestarian tradisi ini agar tetap eksis di tengah modernisasi dan globalisasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *