Uang Saku Atlet Gunungkidul Tak Kunjung Cair, KONI Janji Segera — Tapi Kapan?

Sudah dua bulan berlalu sejak PORDA XVII DIY 2025, para atlet dan pelatih Gunungkidul belum menerima uang saku. KONI berdalih masih menunggu anggaran perubahan, namun muncul pertanyaan: kenapa tidak bisa dipercepat?

MCI – Gunungkidul, DIY | Sejumlah atlet dan pelatih kontingen Kabupaten Gunungkidul mulai bersuara soal uang saku yang tak kunjung cair, padahal mereka baru saja menuntaskan perjuangan di Pekan Olahraga Daerah (PORDA) XVII DIY 2025. Ironisnya, Gunungkidul yang tampil sebagai tuan rumah dan sukses menembus empat besar perolehan medali, justru dihadapkan pada persoalan administratif yang membuat para pelatih dan atlet merasa kecewa.

Salah satu pelatih yang enggan disebutkan namanya mengaku, uang saku yang dijanjikan selama dua bulan masa pelatihan menjelang PORDA belum juga diterima. Hingga pertengahan Oktober ini, belum ada kejelasan kapan hak tersebut akan dicairkan.

Baca juga :  https://mediacitraindonesia.com/dua-pemotor-luka-akibat-tabrakan-di-tikungan-jalur-patuk-gunungkidul/

“Jumlahnya memang tidak besar, antara Rp400 ribu sampai Rp600 ribu per bulan. Tapi itu bentuk penghargaan buat kami. Sampai sekarang belum ada kabar kapan cair,” ujarnya, Selasa (15/10/2025).

Ia menuturkan, para pelatih sudah berulang kali menanyakan kejelasan uang saku ke pihak terkait, namun jawaban yang diterima selalu sama — diminta menunggu.
Akibatnya, muncul rasa kecewa bahkan keengganan mengikuti kegiatan tambahan.

“Terakhir kami diminta ikut senam di FKY. Tapi banyak yang malas, karena bensin saja harus keluar sendiri, sementara uang saku belum cair,” keluhnya.

KONI Akui Belum Cair, Sebut Masih Menunggu Anggaran Perubahan

Ketua KONI Gunungkidul, Irfan Ratnadi, membenarkan bahwa uang saku atlet dan pelatih memang belum dicairkan. Menurutnya, dana tersebut termasuk dalam anggaran perubahan, bersamaan dengan dana reward untuk atlet dan pelatih berprestasi di PORDA dan Peparda 2025.

“Kita sudah sampaikan ke teman-teman jauh sebelumnya, uang saku itu masuk di anggaran perubahan. Jadi bukan belum diproses, tapi memang baru diajukan bersama dengan reward. Insyaallah nanti tetap terbayar,” kata Irfan.

Baca juga :  https://mediacitraindonesia.com/dua-pemotor-terlibat-tabrakan-di-pertigaan-gapura-sodo-satu-korban-alami-patah-tulang/

rfan menegaskan, uang saku bukanlah honor maupun bonus prestasi, melainkan bentuk dukungan agar semangat latihan tetap terjaga.

“Ini bukan honor. Uang saku itu semacam pemicu semangat agar latihan tetap berjalan. Besarannya berbeda-beda tergantung level dan prestasi atlet,” jelasnya.

Latihan Tetap Jalan Meski Dana Seret

Lebih lanjut, Irfan menjelaskan bahwa selama program Pusat Latihan Kabupaten (Puslatkab), uang saku diberikan selama enam bulan. Namun karena keterbatasan anggaran, pencairan hanya mampu menutup hingga bulan Juni 2025, sementara latihan masih berlangsung hingga Agustus menjelang PORDA.

“Juli sampai Agustus itu kita bon dulu karena dananya belum ada. Tapi latihan tetap jalan, semangat teman-teman luar biasa,” tuturnya.

Kini, dengan usulan yang sudah masuk dalam APBD Perubahan, Irfan memastikan pencairan uang saku hanya tinggal menunggu proses keuangan daerah.
Namun di sisi lain, muncul pertanyaan dari banyak pihak: mengapa proses pencairan anggaran yang bersifat insentif moral bagi atlet justru begitu lama?

Baca juga :  https://mediacitraindonesia.com/mtq-2025-tingkat-kapanewon-wonosari-tanamkan-nilai-al-quran-sejak-dini-wadah-pembentukan-karakter-dan-iman-generasi-muda/

Kenapa Harus Menunggu Selama Ini?

Kalangan pelatih dan pemerhati olahraga menilai, lambatnya pencairan uang saku mencerminkan kurangnya perhatian terhadap kesejahteraan atlet di daerah.
Jika administrasi menjadi alasan, mestinya bisa dilakukan percepatan mengingat PORDA telah usai dan para atlet telah menunaikan tugasnya dengan penuh dedikasi.

Keterlambatan ini menimbulkan kesan bahwa komitmen pemerintah daerah terhadap pembinaan olahraga masih sebatas seremonial. Sementara di lapangan, para pelatih dan atlet tetap berlatih keras, bahkan merogoh kocek pribadi untuk kebutuhan latihan.

“Kami berharap pemerintah bisa mempercepat prosesnya. Jangan sampai semangat anak-anak padam hanya karena uang saku yang tak kunjung cair,” tutur salah satu pelatih lainnya.

Harapan Agar Segera Diselesaikan

KONI Gunungkidul diharapkan bisa berkoordinasi lebih aktif dengan pihak keuangan daerah agar pencairan tidak berlarut-larut. Sebab, jika dibiarkan terlalu lama, bukan hanya kepercayaan atlet yang terkikis, tapi juga semangat pembinaan olahraga di tingkat kabupaten bisa menurun.

“Kami tetap yakin semua akan terbayar. Tapi semoga tidak sekadar janji. Atlet dan pelatih sudah berkorban banyak, sudah sepantasnya hak mereka segera dipenuhi,” pungkas salah satu pengurus cabang olahraga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *