MCI – Yogyakarta, DIY | Sebuah toko kecil di Jl. Mas Suharto, Danurejan, Kota Yogyakarta, menyimpan sejarah panjang yang wangi. Sari Wangi Parfum, pionir toko parfum di Yogyakarta, telah bertahan sejak tahun 1968 dan kini dikelola oleh generasi ketiga, Jayadi Sutanto dan Kristanto. Komitmen terhadap kualitas dan keawetan aroma menjadi kunci keberlangsungan toko yang berdiri lebih dari lima dekade ini.
Wawancara eksklusif dengan para pengelola dilakukan pada Rabu, 23 Juli 2025, di toko legendaris tersebut. Kristanto dan Jayadi bercerita tentang bagaimana warisan keluarga mereka tetap hidup dan berkembang di tengah perubahan zaman dan selera pasar.
Didirikan oleh almarhum Budi Rahardjo, toko ini awalnya merupakan usaha bahan kimia untuk sabun dan sampo bubuk. Generasi kedua, Tri Sapto Muljono, berhasil mengembangkan bisnis menjadi spesialis parfum dengan lima varian aroma di awal perjalanannya.
“Waktu itu, hanya ada lima aroma. Sekarang sudah lebih dari dua ribu. Mulai dari melati, kenanga, sandalwood, hingga aroma modern yang bisa disesuaikan kebutuhan pelanggan,” tutur Tri.
Kini, Sari Wangi menyediakan berbagai jenis parfum, mulai dari parfum tubuh, mobil, ruangan, hingga minyak pusaka dan aroma khusus untuk ritual jamasan yang bahkan dipesan langsung dari Kraton Yogyakarta.
Meski menjamurnya toko parfum kekinian jadi tantangan, Sari Wangi tetap dipercaya oleh pelanggan lintas generasi. Bahkan, banyak pembeli dari luar kota yang tetap datang langsung ke toko demi mendapatkan aroma favorit mereka.
“Mereka merasa lebih puas belanja langsung. Mereka bilang parfum kami awet dan nyaman di kulit,” jelas Jayadi.
Jayadi menambahkan bahwa sebagian besar bahan baku yang digunakan berasal dari impor Eropa, menjamin kualitas dan keawetan produk mereka. “Kami selalu jaga mutu, dari dulu hingga sekarang,” tegasnya.
Sementara itu, Kristanto menggarisbawahi pentingnya edukasi tentang parfum kepada generasi muda, khususnya Gen Z, yang cenderung lebih memilih produk murah tanpa memperhatikan kandungan atau keawetan aroma.
“Parfum murah bisa saja tidak awet bahkan menyebabkan iritasi kulit. Parfum juga punya kelas, seperti halnya daging sapi. Ini yang perlu dipahami Gen Z,” katanya.
Menjawab tantangan itu, Sari Wangi tengah mempersiapkan layanan “Racik Sendiri Parfummu” yang akan diluncurkan pada Agustus 2025. Program ini memungkinkan pembeli, terutama anak muda, untuk meracik aroma unik mereka sendiri dengan panduan dari tim toko.
“Gen Z suka yang personal dan beda. Lewat layanan ini, mereka bisa punya parfum dengan aroma khas sendiri yang tidak dijual bebas,” pungkas Kristanto.
Dengan perpaduan nilai tradisional dan sentuhan inovatif, Sari Wangi Parfum membuktikan bahwa warisan aroma bisa terus hidup dan relevan, tak hanya menjadi bagian dari sejarah, tapi juga masa depan dunia wewangian Indonesia.