Bukan Sekadar Bagi-Bagi Makanan, Inilah Makna Strategis Program MBG

Program Makan Bergizi Gratis bukan hanya soal membagi menu sehat, tapi menuntut pengawasan ketat agar kualitas, kebersihan, dan kepercayaan publik tetap terjaga.

MCI – Gunungkidul, DIY | Program Makan Bergizi Gratis (MBG) digadang-gadang sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak dini. Lewat penyediaan menu sehat di sekolah, anak-anak diharapkan mendapat asupan gizi yang memadai agar tumbuh menjadi generasi unggul. Namun, perjalanan program sebesar ini tentu tidak lepas dari tantangan di lapangan.

Kasus yang menimpa sejumlah siswa MTsN 4 Gunungkidul baru-baru ini menjadi alarm penting. Beberapa siswa harus mendapatkan perawatan medis usai mengonsumsi menu MBG. Syukurlah kondisi mereka segera membaik, tetapi kejadian ini mengingatkan bahwa pengawasan tidak boleh kendur, sekecil apa pun masalahnya.

Di tengah tantangan itu, Komandan Kodim 0730/Gunungkidul, Letkol Inf Roni Hermawan, hadir bukan sekadar sebagai pengawas pasif, melainkan pendamping aktif program MBG. Kodim rutin melakukan evaluasi ke dapur-dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Gunungkidul, menyoroti hal-hal detail yang sering terabaikan: kesegaran bahan, cara penyimpanan, kebersihan peralatan dapur, hingga disiplin tenaga masak.

Baca juga :  https://mediacitraindonesia.com/dandim-0730-gunungkidul-evaluasi-program-makan-bergizi-gratis-usai-dugaan-keracunan-siswa-mtsn-4/

“MBG adalah program bagus. Tapi tanpa kedisiplinan di lapangan, niat baik bisa kehilangan makna,” tegas Letkol Roni Hermawan.

Pernyataan itu jelas menunjukkan bahwa pendampingan dari Kodim tidak bersifat otoriter, melainkan menjadi pengingat sekaligus penguat agar setiap tahapan pelaksanaan MBG benar-benar sesuai standar.

Program MBG seharusnya tidak berhenti pada rutinitas pembagian makanan. Kualitas jauh lebih penting. Apa gunanya menu bergizi di atas kertas jika penyajian dan kebersihan diabaikan? Satu kesalahan teknis bisa berakibat besar, bukan hanya pada kesehatan siswa, tetapi juga pada kepercayaan masyarakat terhadap program ini.

Di sinilah pendampingan Kodim menemukan peran strategisnya. Kehadiran TNI memberi sinyal kuat bahwa ada pengawasan nyata, bukan hanya laporan administratif. Hal ini sekaligus menjadi dukungan moral bagi para pengelola dapur MBG agar bekerja lebih disiplin dan bertanggung jawab.

MBG adalah program yang semestinya menjadi kebanggaan nasional. Namun, bila ada kelalaian kecil yang berujung masalah, maka citra program bisa tercoreng. Kepercayaan publik akan luntur, dan tujuan mulia membangun generasi sehat bisa terganggu.

Pendampingan yang dilakukan Kodim 0730 Gunungkidul adalah bentuk nyata komitmen menjaga marwah program ini. Bukan untuk mencari kesalahan, melainkan memastikan niat baik tidak ternoda oleh hal-hal teknis yang bisa dicegah.

Kasus di Gunungkidul harus dijadikan pelajaran. Bukan sekadar berita sesaat, melainkan cermin untuk memperbaiki sistem. Semua pihak, mulai dari pengelola dapur, pihak sekolah, hingga pemerintah daerah, perlu lebih disiplin. Dan dengan pendampingan Kodim, masyarakat bisa merasa tenang bahwa ada pengawasan nyata demi masa depan anak-anak kita.

Program MBG adalah investasi besar bangsa. Niat baik itu harus dijaga bersama, agar benar-benar menghadirkan manfaat nyata: generasi yang sehat, cerdas, dan berdaya saing.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *