MCI – Gunungkidul, DIY | Inovasi unik dilakukan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Genjahan Makmur di Kapanewon Ponjong, Gunungkidul. Mereka berhasil menyulap sampah plastik seperti galon bekas, ember rusak, hingga kaleng tak terpakai menjadi media tanam padi yang kemudian disebut sebagai Sawah Rosok. Panen perdana dilakukan pada Kamis (2/10/2025) di sekretariat Gapoktan, dengan hasil yang cukup menjanjikan.
Panen perdana yang dihadiri Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, BPP Ponjong, Panewu Ponjong, Danramil Ponjong, Kapolsek Ponjong, serta Lurah Genjahan ini menghasilkan padi varietas Inpari 24. Inovasi tersebut digagas oleh Ketua Gapoktan, Suhantara, S.Pd., yang awalnya hanya mencoba menanam padi di galon bekas plastik menumpuk di rumahnya.
“Awalnya saya mencoba sendiri, ternyata padi bisa tumbuh subur. Setelah itu banyak tetangga ikut mencoba hingga terbentuk kesepakatan menamainya Sawah Rosok,” jelas Suhantara dalam sarasehan usai panen.
Menurut Suhantara, metode ini sangat membantu petani yang memiliki lahan terbatas. Kini, sejumlah petani seperti Pak Sigit dan Pak Ngatiman telah ikut menanam padi dengan cara serupa. Tekniknya sederhana, yakni menyiapkan galon bekas tanpa lubang, diisi tanah halus bercampur kompos, lalu ditanami bibit padi hasil semai. Setiap pot dapat ditanami tiga bibit dengan kebutuhan pupuk NPK sekitar 5 gram per musim tanam.
Dukungan Penuh Pemerintah
Danramil Ponjong dalam sambutannya menyebut inovasi ini sebagai terobosan untuk mengatasi keterbatasan lahan. Lurah Genjahan juga menyatakan siap membantu pengadaan sarana prasarana lewat Dana Desa, termasuk benih, pupuk, dan galon bekas sebagai media tanam.
Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Ir. Raharjo Yuwono, MM menegaskan pihaknya akan mendorong pengembangan program Sawah Rosok dengan pendampingan penyuluh, demplot percobaan berbagai varietas padi, serta pencatatan hasil panen sebagai validasi keberhasilan.
Potensi Hasil yang Menjanjikan
Penyuluh pertanian, Heni, STP, MMA, menjelaskan, dari satu galon berisi tiga rumpun padi varietas Inpari 24 dapat dihasilkan sekitar 130 gram gabah kering panen. Sementara, untuk varietas hibrida, satu bibit dapat menghasilkan 30 anakan dan diperkirakan mampu menghasilkan 300–400 gram gabah kering panen per galon.
“Bayangkan, dengan 100 pot galon bisa menghasilkan 30–40 kilogram gabah kering panen jika menggunakan padi hibrida,” ungkap Heni.
Inovasi Sawah Rosok ini bahkan telah dipresentasikan kepada Bupati Gunungkidul dalam peringatan Hari Tani Nasional pada September 2024 lalu, dan mendapat apresiasi penuh sebagai langkah kreatif mendukung ketahanan pangan lokal sekaligus mengurangi sampah plastik.