Konferensi Audit Internal 2025 Soroti Dinamika Global, Bekali Auditor Hadapi Perubahan

MCI – Sleman, DIY | Yayasan Pendidikan Audit Internal (YPIA) menggelar Konferensi Auditor Internal (KAI) di Hotel Alana Yogyakarta pada 2–3 Juli 2025.

Mengangkat tema besar “Shifting Horizon for Internal Auditors: Navigating Emerging Risks, Governance, and Opportunities in 2025”, konferensi ini menjadi wadah strategis untuk mengulas berbagai tantangan dan solusi terkini yang dihadapi oleh auditor internal, eksekutif, pengawas, BUMN, sektor swasta, dan akademisi dari sektor publik.

Ketua Umum YPIA, Setyanto P. Santosa, mengatakan bahwa memasuki tahun 2025, dunia menghadapi era yang ditandai oleh kompleksitas dan fragmentasi risiko yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan, Global Risks Perception Survey 2024–2025 yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF) menunjukkan semakin tingginya ketegangan geopolitik, eskalasi konflik, bencana iklim ekstrem, disrupsi teknologi, dan polarisasi sosial-politik yang mengancam stabilitas global.

“Saya selalu mengatakan bahwa satu-satunya yang tetap adalah perubahan. Jadi, kita harus siap dengan perubahan. Caranya tergantung pada jenis bisnisnya. Maka dari itu, kita harus mampu menghadapi atau mengatasi tantangan tersebut. Modal utamanya adalah diri kita sendiri, yang harus terus meningkatkan kemampuannya,” ujar Setyanto dalam konferensi pers di Hotel Alana Yogyakarta, Kamis (3/7/2025) malam.

Setyanto menyebut bahwa audit internal di sektor publik, BUMN, dan swasta perlu mengasah kemampuan risk foresight leadership untuk dapat mengidentifikasi, memahami, dan merespons risiko geopolitik, perang tarif, fragmentasi perdagangan global, serta risiko non-tradisional seperti perubahan iklim dan cyber threats.

Baca juga :  https://mediacitraindonesia.com/rs-queen-latifa-sleman-resmi-naik-status-jadi-rumah-sakit-tipe-c-dan-luncurkan-unit-hemodialisa-modern/

“Risiko itu akan selalu ada. Kita tidak bisa menghindari risiko; kita harus mengelolanya. Tata kelola juga berubah-ubah, tetapi kita harus melihat peluang apa yang bisa diambil untuk kemudian direkomendasikan kepada pimpinan perusahaan,” paparnya.

Ia menilai bahwa audit perlu menerapkan pendekatan scenario planning, geopolitical intelligence, dan dynamic risk scoring models agar organisasi siap menghadapi disrupsi mendadak di berbagai domain risiko.

Selain itu, menurutnya, penting untuk mengintegrasikan perspektif global ke dalam tata kelola nasional agar pengambilan keputusan berbasis risiko bisa lebih presisi dan adaptif.

“Audit internal masa kini dan masa depan harus bertransformasi menjadi data-driven function yang mampu memanfaatkan teknologi seperti machine learning, AI, forensic analytics, dan predictive models untuk mendeteksi risiko secara proaktif,” jelasnya.

Dalam konferensi tersebut juga disinggung soal Badan Pengelola Investasi Danantara sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF). Menurut Setyanto, struktur baru ini mengubah dinamika tata kelola di BUMN, sebab Danantara kini berperan sebagai pemegang saham seri B, sementara Kementerian BUMN tetap sebagai pemegang saham seri A.

“Pergeseran ini menuntut audit internal di sektor publik, BUMN, dan swasta untuk semakin agile, strategis, serta menguasai kompetensi teknologi digital, governance foresight, dan risk intelligence. Auditor internal harus memosisikan diri sebagai trusted advisor dalam mendukung stabilitas fiskal dan pembangunan ekonomi berkelanjutan,” pungkasnya.

(Ken)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *