MCI – Yogyakarta, DIY | Perubahan iklim menjadi tantangan global yang membutuhkan pendekatan lintas sektor. Menyadari pentingnya komunikasi yang kuat dan inklusif, KONEKSI bersama Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Deakin Australia menyelenggarakan CONNECT! #8 dengan tema “Media Communication on Climate Change Policies”. Acara ini bertujuan untuk mendorong penguatan komunikasi media dalam menyampaikan kebijakan perubahan iklim, terutama bagi masyarakat pedesaan dan kelompok rentan. Selasa, (03/06/2025).
Diskusi ini dihadiri oleh sejumlah pakar, peneliti, pejabat pemerintah, serta pelaku media. Dalam pembukaan acara, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia, Nezar Patria, menegaskan pentingnya komunikasi publik yang berbasis bukti namun tetap adaptif.
“Perubahan iklim adalah isu yang tidak bisa menunggu hingga semua bukti ilmiah tersedia secara mutlak. Komunikasi yang cepat, tepat, dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan,” ujarnya. Ia juga menyoroti pentingnya menjembatani kesenjangan pemahaman antara ilmuwan dan media dalam peliputan isu-isu iklim.
Baca juga : https://mediacitraindonesia.com/128-calon-anggota-polri-jalani-pemeriksaan-kesehatan-tahap-ii-polda-diy-tegaskan-seleksi-transparan-dan-profesional/
Media sebagai Pilar Informasi Perubahan Iklim
Kegiatan CONNECT! #8 mengangkat hasil penelitian kolaboratif antara UGM dan Deakin University yang melibatkan 14 peneliti dari Indonesia dan Australia. Riset ini didanai oleh KONEKSI dan difokuskan pada peningkatan ketahanan masyarakat pedesaan melalui penyampaian informasi perubahan iklim yang efektif dan mudah diakses.
Tim Stapleton, Minister Counsellor for Governance and Human Development of the Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT), menyebut kerja sama ini sebagai langkah penting dalam memperkuat hubungan antar institusi kedua negara.
“Kami percaya kolaborasi riset ini akan menciptakan pembelajaran dua arah yang memperkuat kapasitas masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim secara inklusif dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Kolaborasi Pemerintah dan Media dalam Sosialisasi Iklim
Dalam diskusi panel, hadir Wahyu Marjaka dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kusno Wibowo, Kepala Badan Lingkungan Hidup DIY. Keduanya menekankan perlunya peran aktif media dan pemangku kepentingan dalam menyampaikan pesan iklim secara inklusif.
“Perlu strategi komunikasi iklim yang menjangkau masyarakat pedalaman, bukan hanya urban,” tegas Wahyu.
Sementara itu, Prof. Greg Barton dari Deakin University menyebut bahwa niat baik masyarakat dalam menjaga lingkungan seringkali tidak selaras dengan pengetahuan yang memadai, akibat terbatasnya akses informasi iklim.
Teknologi dan Kolaborasi: Kunci Penyebaran Informasi Iklim
Chief AI & Corporate Strategy Kumparan.com, Andrias Ekoyuono, menyoroti pentingnya kolaborasi antara media, pemerintah, dan sektor swasta untuk meningkatkan pemahaman publik.
“Dengan dukungan teknologi, media mampu menyampaikan informasi perubahan iklim secara akurat dan kontekstual. Namun yang paling penting adalah kolaborasi yang sinergis,” jelasnya.
Dukungan teknologi juga tampak dari hasil penelitian Dr. Anna Klas dari Deakin University. Ia memperkenalkan alat multibahasa berbasis AI untuk menyampaikan informasi iklim yang dapat diakses masyarakat pedesaan. Teknologi ini bertujuan melawan misinformasi dan meningkatkan partisipasi publik dalam kebijakan iklim.
Memperkuat Diplomasi Riset dan Literasi Iklim
Prof. Puji Astuti, Direktur Kemitraan dan Relasi Global UGM, menegaskan bahwa kolaborasi ini tidak hanya bersifat akademik, tetapi juga diplomatis.
“Kami ingin memahami bagaimana masyarakat menerima dan mempercayai informasi iklim. Komunikasi yang baik akan membangun kepercayaan, dan kepercayaan akan memperkuat partisipasi,” pungkasnya.
CONNECT! #8: Forum Strategis untuk Komunikasi Perubahan Iklim
CONNECT! #8 merupakan bagian dari seri forum komunikasi yang digagas oleh KONEKSI. Forum ini menjadi ruang diskusi strategis yang mempertemukan peneliti, pembuat kebijakan, jurnalis, hingga komunitas pembangunan untuk membangun sinergi dalam menyampaikan isu perubahan iklim.
Melalui acara ini, diharapkan tercipta model komunikasi iklim yang lebih responsif, inklusif, dan berbasis data, terutama dalam menjangkau kelompok masyarakat di wilayah rawan perubahan iklim.