Belajar Tanpa Sekat di Kadibeso: KKN UNY Wujudkan Hari Inklusif Bersama Komunitas Difabel

Mahasiswa UNY dan komunitas difabel Argodadi Pinilih berbagi pengalaman dalam kegiatan “Sehari Belajar dan Bertukar Rasa”, menumbuhkan empati dan semangat inklusif di Dusun Kadibeso, Bantul.

MCI – Bantul, DIY | Jumat (7/11/2025) — Suasana hangat memenuhi Balai Dusun Kadibeso, Kalurahan Argodadi, Kapanewon Sedayu, Kabupaten Bantul. Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Mandiri (KKN-M) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) bersama komunitas difabel Argodadi Pinilih menggelar kegiatan bertajuk “Sehari Belajar dan Bertukar Rasa”. Kegiatan ini menjadi wadah perjumpaan untuk belajar memahami keberagaman dan menumbuhkan semangat inklusif di tengah masyarakat.

Ketua KKN-M UNY Kadibeso, Fadhli Harbiy Sentana, menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya bentuk pengabdian, tetapi juga pembelajaran sosial bagi mahasiswa.

Baca juga :  https://mediacitraindonesia.com/sopir-truk-dianiaya-dua-pemotor-di-jonge-gunungkidul-korban-kritis-pelaku-ditangkap-warga/

“Kami tidak hanya belajar mengabdi, tapi juga belajar mendengar. Dari masyarakat, kami memahami bahwa keberagaman adalah kekuatan,” ujarnya.

Pendamping komunitas difabel Argodadi Pinilih, Waris, mengapresiasi inisiatif mahasiswa.

“KKN UNY datang bukan untuk memberi, tapi untuk belajar bersama. Mereka hadir dengan hati, tumbuh bersama warga dan komunitas difabel,” ungkapnya.

Di antara peserta tampak Marsini, seorang ibu dari anak difabel bernama Muh Isnan. Meski sang anak tak hadir, Marsini menuangkan kasih sayangnya melalui karya melukis tas sederhana. Dengan goresan warna-warni bergambar keranjang, ia melambangkan kasih seorang ibu yang menjadi tempat anaknya berlindung.

“Saya ingin anak saya senang, punya tas buatan ibu sendiri. Lukisan ini seperti pelukan saya untuk Isnan,” tutur Marsini haru.

Tas yang digunakan dalam kegiatan itu merupakan hasil karya mahasiswa Pendidikan Tata Busana UNY, Diva Syalaisa Syafina dan Herman Makruf, yang menjahitnya bersama seluruh anggota KKN-M Kadibeso. Karya itu menjadi simbol kolaborasi antara kreativitas dan kepedulian sosial.

Salah satu peserta, Erdea Madisa, mengaku pengalaman tersebut sangat berkesan.

“Saya sangat senang proker ini bisa terlaksana. Banyak hal yang membuka mata saya tentang makna empati dan penerimaan,” ucapnya.

Selain melukis, kegiatan juga diisi dengan sesi menggambar bersama dan berbagi cerita antara mahasiswa dan warga. Melalui interaksi tersebut, peserta belajar tentang kesabaran, empati, dan cara melihat kehidupan dari perspektif yang berbeda.

Ketika acara berakhir menjelang siang, para peserta pulang dengan hati yang penuh. Mahasiswa membawa pelajaran tentang kemanusiaan, warga membawa semangat baru, dan Marsini membawa inspirasi untuk terus berkarya bagi anaknya.

Dari Dusun Kadibeso, pesan sederhana itu menggema: inklusivitas bukan sekadar wacana, melainkan tindakan nyata yang tumbuh dari hati dan kebersamaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *