MCI – Yogyakarta, DIY |Suasana ceria dan penuh tawa terdengar di Pendhapa Art Space (PAS) Yogyakarta. Sekitar 150 anak dari berbagai sekolah dasar tampak antusias memainkan clay warna-warni dan floral foam di depan mereka. Dengan tangan mungil dan penuh semangat, anak-anak itu mencoba membentuk patung kecil hasil imajinasi sendiri—mulai dari hewan, tokoh, hingga bentuk-bentuk unik yang hanya bisa lahir dari dunia anak-anak.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari program “Art Fun PAS for Children”, sebuah inisiatif edukatif yang digagas Pendhapa Art Space (PAS) untuk memperkenalkan seni patung sebagai media pembelajaran bagi anak-anak usia 6–12 tahun. Program ini memadukan pendidikan seni, kreativitas, dan pendekatan inklusif, menggunakan bahan yang aman untuk anak seperti dry clay dan floral foam.
“Kami percaya seni patung bukan hanya soal karya, tapi tentang proses belajar yang melibatkan motorik, ruang, dan imajinasi. Lewat sentuhan langsung, anak-anak belajar memahami ruang tiga dimensi dan keindahan bentuk,” tutur Ganes Satya Aji, Direktur Pendhapa Art Space dalam konferensi pers di PAS, Jumat (17/10/2025).

Ganes menjelaskan bahwa seni patung dalam konteks pendidikan anak memiliki nilai penting yang sejalan dengan metode Early Childhood Care and Development (ECCD) Holistik, yang menekankan pengembangan manusia berkualitas melalui interaksi sosial dan lingkungan belajar yang beragam. “Anak-anak belajar bukan hanya dari guru, tetapi dari dunia sekitarnya—dari ruang publik, komunitas, hingga pengalaman langsung berkarya,” tambahnya.
Sementara itu, Hardiwan Prayoga, Manajer Program PAS, menekankan bahwa kegiatan ini mengajak anak-anak melihat seni sebagai bagian dari keseharian dan ruang bermain mereka. “Mainan berbentuk figur atau karakter sudah jadi bagian dari dunia anak-anak. Lewat kegiatan ini, mereka belajar bahwa seni juga bisa hadir dari imajinasi yang sama dengan mainan yang mereka cintai,” ujarnya.
Lebih lanjut, Hardiwan menambahkan bahwa Art Fun PAS for Children ingin menempatkan anak sebagai subjek aktif—bukan sekadar peserta pasif. “Anak-anak tidak hanya diajak berkarya, tapi juga bertanya, berimajinasi, bahkan menantang ide-ide konvensional tentang seni,” imbuhnya.

Hal senada disampaikan Reynaldo Herna Putra P, fasilitator kegiatan. Ia menegaskan bahwa Art Fun PAS bukanlah lomba atau ajang kompetisi. “Ini adalah ruang reflektif, tempat anak belajar bahwa seni adalah proses. Setiap karya adalah ekspresi, bukan perbandingan. Dan dalam proses sepuluh kali kegiatan sejak Juli hingga Oktober 2025, kami menyaksikan betapa beragam dan tulusnya dunia pikiran anak-anak dalam karya patung mereka,” ujarnya.
Kini, hasil karya lebih dari 100 patung mini anak-anak itu tengah dipamerkan dalam Art Fun PAS Showcase di Pendhapa Art Space, mulai 18 hingga 31 Oktober 2025. Pameran ini juga menjadi ajang perayaan keberagaman ekspresi dan potensi kreatif anak-anak Indonesia.
Selain pameran, berbagai agenda turut menyemarakkan acara, antara lain Pop-up Market (18–19 Oktober), Workshop Melukis Ornamen Magnetik (19–31 Oktober), Art Fun PAS edisi ke-10 (25 Oktober), serta Workshop Pendampingan Disabilitas di Ruang Seni bersama Jogja Disability Arts (30 Oktober 2025).

Program ini juga berkolaborasi dengan POTADS Yogyakarta (Persatuan Orang Tua Anak Down Syndrome), sebagai wujud nyata komitmen PAS terhadap pendidikan seni yang inklusif, transformatif, dan ramah bagi semua anak, tanpa memandang latar belakang atau kemampuan.
Pendhapa Art Space, yang berlokasi di Jalan Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro (Ringroad Selatan) Tegal Krapyak, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, membuka ruangnya bagi siapa saja yang ingin menyaksikan pameran ini. Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui WA/Telp 085102492828, email pendhapa.artspace@gmail.com, atau laman resmi www.pendhapaartspace.com.














