Dari Tukang Potong Rambut Jadi Seniman Transformers: Kisah Ismail Ubah Limbah Plastik Jadi Karya Mendunia

Kreativitas Warga Ngronggo, Getas, Playen, Gunungkidul yang Menembus Pasar Internasional

Keterangan foto: Ismail (paling kanan, mengenakan batik), pengrajin asal Ngronggo, Getas, Playen, Gunungkidul, berfoto bersama para tamu undangan dalam acara pembukaan wahana robot Transformers di Tasya Eco Water Park, Pacitan, Jawa Timur.

MCI – Gunungkidul l, DIY | Di tangan Ismail warga Padukuhan Ngronggo, Kalurahan Getas, Kapanewon Playen, limbah plastik yang biasanya berakhir di tempat pembuangan justru menjelma menjadi karya seni luar biasa. Pria sederhana ini dikenal sebagai pengrajin robot Transformers dari limbah plastik motor dan mobil karya unik yang telah menembus pasar nasional bahkan hingga luar negeri seperti Malaysia dan Korea Selatan.

Perjalanan Ismail sebagai seniman dimulai sekitar tahun 2010. Saat itu, ia masih bekerja sebagai tukang potong rambut. Kehidupan sederhana membuatnya harus berpikir kreatif agar bisa tetap produktif di rumah. Inspirasi datang dari hal yang tak terduga dari anaknya sendiri.

“Anak saya suka main lego. Dari situ saya terpikir, bagaimana kalau bikin versi besarnya, tapi dari bahan yang tidak terpakai,” ujar Ismail sambil tersenyum mengenang awal mula perjuangannya.

Berbekal imajinasi dan tekad, Ismail mulai mengumpulkan limbah plastik dari bodi motor dan mobil. Bahan-bahan itu ia bentuk dan potong dengan hati-hati, lalu disusun menyerupai karakter robot Transformers seperti Optimus Prime dan Bumblebee. “Saya pilih plastik kendaraan karena kuat, ringan, dan mudah dibentuk setelah dipanaskan. Semua murni daur ulang, tidak ada resin atau bahan kimia tambahan,” jelasnya.

Karya pertama Ismail tak langsung sempurna. Ia harus berulang kali gagal saat merakit bagian-bagian tubuh robot agar bisa berdiri kokoh dan proporsional. Namun, kegigihannya membuahkan hasil. Kini, ukuran robot buatannya bisa mencapai tinggi tiga hingga empat meter, dan banyak diminati kolektor serta penggemar seni, baik dari dalam maupun luar negeri.

“Paling jauh pernah kirim ke Korea dan Malaysia. Dalam negeri sudah beberapa kali juga ke Jakarta, Surabaya, dan Bali. Saya senang, karena berarti karya dari Gunungkidul bisa dikenal sampai luar negeri,” ungkapnya dengan nada bangga.

 

Ismail mengakui bahwa setiap patung robot yang dibuat memiliki cerita dan makna tersendiri. Baginya, proses menciptakan karya dari limbah adalah bentuk kepedulian terhadap lingkungan. “Saya ingin menunjukkan bahwa dari sesuatu yang dibuang, bisa lahir karya seni yang bernilai tinggi. Ini juga cara saya ikut menjaga bumi,” ujarnya dengan mata berbinar.

Warga sekitar mengaku bangga dengan karya Ismail. Menurut mereka, rumah Ismail kini menjadi daya tarik tersendiri karena sering didatangi wisatawan dan pembeli yang penasaran dengan proses pembuatan robot dari limbah. “Mas Ismail itu pekerja keras. Rumahnya sederhana, tapi di dalamnya ada karya luar biasa,” tutur Suryanto, salah satu warga Getas.

Baca juga :  https://mediacitraindonesia.com/harapan-baru-di-padukuhan-candi-tmmd-ke-126-wujudkan-rumah-layak-huni-untuk-bapak-kasiman/

Kini, usaha seni Ismail terus berkembang. Ia mulai menerima pesanan robot Transformers berbagai ukuran, baik untuk pajangan, pameran, hingga dekorasi tempat wisata dan kafe. Meski begitu, ia tetap mempertahankan nilai-nilai kesederhanaan dan keuletan dalam setiap karyanya. “Saya tidak mau kehilangan semangat awalnya. Ini bukan sekadar bisnis, tapi bentuk cinta saya pada kreativitas dan alam,” pungkasnya.

Dengan kisahnya yang inspiratif, Ismail menjadi bukti nyata bahwa kreativitas tidak membutuhkan modal besar, tetapi keberanian untuk bermimpi dan kemauan untuk berproses. Dari ruang kecil di Ngronggo, Playen, kini lahir karya besar yang membawa nama Gunungkidul mendunia lewat robot-robot yang diciptakan dari limbah plastik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *