Gara-Gara Ayam Titipan Mati, Pemuda di Gading 10 Dikeroyok Brutal — Keluarga Terpaksa Berutang Rp 2,8 Juta, Warga Hidup Dalam Ketakutan

Kekerasan sadis yang berawal dari persoalan sepele mengguncang Padukuhan Gading 10, Playen. Empat pelaku bersenjata tajam menyerang seorang pemuda hingga luka parah hanya karena ayam aduan titipan mati. Polisi kini turun tangan, sementara warga dicekam rasa takut.

MCI – Gunungkidul, DIY | Suasana damai di Padukuhan Gading 10, Kalurahan Gading, Kapanewon Playen, mendadak berubah mencekam pada Senin dini hari (13/10/2025). Seorang pemuda berusia 23 tahun, sebut saja A, menjadi korban pengeroyokan brutal oleh empat orang bersenjata tajam hanya karena seekor ayam jago titipan milik pelaku mati.

Peristiwa ini membuat warga satu padukuhan kini hidup dalam ketakutan. Pelaku yang dikenal sebagai residivis kasus kekerasan masih bebas berkeliaran, sementara korban dan keluarganya diungsikan ke tempat aman.

Awal Masalah: Ayam Titipan Mati Tanpa Bukti

Berdasarkan keterangan sejumlah saksi, salah satu pelaku menitipkan ayam aduan unggulan kepada korban untuk dirawat. Namun, ayam tersebut mati mendadak. Karena tidak sempat difoto atau dikubur, korban tidak memiliki bukti kematian ayam itu.
“Nah, korban itu tidak memfoto atau mengubur bangkai ayam itu, jadi ndak ada bukti,” tutur salah satu warga setempat.

Kematian ayam itu memicu kemarahan pemiliknya. Korban kemudian dipanggil bertemu di angkringan kawasan Gading, tempat yang menjadi lokasi awal perselisihan berubah menjadi ajang pengeroyokan berdarah.

Pengeroyokan di Angkringan: Emosi Meledak, Korban Bersimbah Darah

Pertemuan yang seharusnya untuk klarifikasi berubah menjadi aksi kekerasan. Empat pelaku menuduh korban menjual ayam aduan tersebut dan memaksa ganti rugi Rp 2,8 juta. Ketika korban menjelaskan bahwa ayam itu mati, pelaku tak mau percaya.
Dalam hitungan menit, amuk massa pecah. Salah satu pelaku mengeluarkan senjata tajam dan langsung membacok korban. Tubuh korban bersimbah darah di dekat angkringan, sementara pelaku kabur begitu saja.

Pedagang yang baru datang membuka lapak menemukan korban dalam kondisi luka parah. Ia kemudian dilarikan ke rumah sakit untuk perawatan dan visum.

Keluarga Korban Terjerat Utang Demi Damai

Ironisnya, setelah peristiwa tragis itu, keluarga korban justru terpaksa berutang Rp 2,8 juta untuk menutupi “ganti rugi ayam” yang diminta pelaku. Meski kasus sudah dilaporkan ke polisi, mereka masih dihantui rasa takut akan aksi balasan.
“Korban tidak dirawat di rumah sakit. Tapi diungsikan keluarganya ke tempat aman. Tidak tahu ke mana,” ujar seorang warga dengan nada khawatir.

Baca juga :  https://mediacitraindonesia.com/outbond-berujung-duka-siswa-sd-di-gunungkidul-tewas-tenggelam-di-sungai-kamal/

Warga Ketakutan, Malam Jadi Sunyi

Sejak kejadian itu, warga Gading 10 hidup dalam kecemasan. Mereka takut pelaku kembali berulah. Beberapa warga memilih tidak keluar malam, bahkan mendirikan pos ronda tambahan untuk menjaga keamanan lingkungan.
“Warga sekarang jarang keluar malam. Semua waspada,” kata seorang tokoh masyarakat.

Selasa malam (14/10/2025), aparat Polsek Playen dan Polres Gunungkidul datang ke lokasi untuk menenangkan warga. Polisi menggelar pertemuan bersama masyarakat dan meminta semua pihak melapor bila ada aktivitas mencurigakan.

Polisi Ambil Alih Kasus, Koordinasi dengan Polda DIY

Kapolsek Playen, AKP Sofyan Susanto, membenarkan bahwa kasus pengeroyokan tersebut kini ditangani langsung oleh Satreskrim Polres Gunungkidul.
“Yang menangani Polres, Mas,” ujarnya singkat.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Gunungkidul, AKP Yahya Murai, menyebut pihaknya sedang berkoordinasi dengan Polda DIY. “Saya konfirmasi dulu ya,” katanya melalui sambungan telepon, Rabu (15/10).

Hingga sore hari, belum ada perkembangan lanjutan terkait penangkapan para pelaku.

Harapan Warga: Keadilan dan Rasa Aman

Warga Gading 10 berharap polisi segera menangkap para pelaku agar situasi kembali aman. Mereka tak ingin insiden kecil seperti ini menjadi pemicu kekerasan susulan.
“Kami cuma ingin tenang lagi. Jangan sampai orang-orang semacam itu bebas berkeliaran,” ucap seorang warga dengan nada cemas.

Kasus ini menjadi cermin buram tentang betapa cepatnya kekerasan bisa meletup dari masalah sepele. Hanya karena seekor ayam mati, satu keluarga kini terluka, terlilit utang, dan satu padukuhan hidup dalam ketakutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *