PD PWI Karanganyar Tolak Kehadiran Habib Zaidan di Acara Maulid Ngargoyoso

Surat resmi dilayangkan ke Polsek Ngargoyoso, PD PWI sebut klaim keturunan Rasulullah tanpa bukti otentik berpotensi timbulkan keresahan masyarakat.

MCI – Karanganyar, Jateng | Pimpinan Daerah Perjuangan Walisongo Indonesia (PD PWI) Kabupaten Karanganyar secara tegas menyampaikan keberatan atas rencana kehadiran Habib Zaidan bin Haidar bin Umar bin Yahya dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW yang dijadwalkan berlangsung pada Jumat, 3 Oktober 2025 pukul 20.00 WIB di Alun-Alun Mini Ngargoyoso, Kecamatan Ngargoyoso.

Keberatan tersebut disampaikan PD PWI melalui surat resmi kepada Polsek Ngargoyoso. Mereka menilai kehadiran Zaidan berpotensi menimbulkan sejumlah persoalan, baik dari sisi akidah maupun keamanan masyarakat.

Dalam pernyataannya, PD PWI menegaskan ada beberapa alasan mendasar penolakan. Pertama, gelar “Habib” yang disandang Zaidan dianggap tidak memiliki bukti otentik sebagai keturunan Rasulullah SAW. PD PWI menilai hal tersebut bisa dikategorikan sebagai kebohongan publik, pembodohan spiritual, sekaligus pelecehan terhadap kemuliaan Nabi Muhammad SAW.

Kedua, mereka menyoroti adanya potensi keresahan dan gangguan keamanan serta ketertiban masyarakat apabila tokoh yang dinilai kontroversial tetap dihadirkan dalam perayaan Maulid tersebut.

Baca juga :  https://mediacitraindonesia.com/pd-perjuangan-walisongo-indonesia-karanganyar-tolak-kehadiran-habib-di-acara-maulid-nabi/

Ketiga, PD PWI mengkritisi fenomena sejumlah oknum habib yang disebut kerap melakukan glorifikasi sejarah secara sepihak, termasuk mengklaim jasa leluhur dalam perjuangan kemerdekaan tanpa dasar sahih. Mereka juga menuding adanya praktik pemalsuan silsilah pahlawan bangsa, penyebaran ajaran kurafat, pengkultusan keturunan, hingga upaya mengadu domba antar sesama anak bangsa tanpa ada teguran dari organisasi induk Rabithah Alawiyah (RA).

“Kami dari PD PWI Karanganyar berharap Polsek Ngargoyoso mempertimbangkan kembali pemberian izin acara yang mengundang Bapak Zaidan bin Haidar bin Umar bin Yahya. Namun demikian, kami tetap mendukung acara Maulid dan pengajian lainnya dengan menghadirkan ulama, kyai, ustadz, atau penceramah yang memiliki integritas terhadap bangsa, negara, dan agama,” tulis PD PWI dalam surat tersebut.

PD PWI menambahkan, kegiatan Maulid seharusnya menjadi momentum dakwah yang menyejukkan, mencerdaskan, dan mempererat persaudaraan, bukan justru menimbulkan kontroversi maupun perpecahan di tengah masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *